sepotong kata ringkas


Ada asap rokok setiap kali kita bertemu dan aku selalu tidak makan, memikirkan wang dalm dompetmu, kerana aku bukan gadis begitu yang suka-suka pesan tanpa segan silu. Aku tahu isi perutku dengan baik dan bayar sendiri. Matamu merenung wajahku yang malu, mencoba memikatku dengan karisma sedia adamu, tapi sayang, mataku merenungmu yang sudah jauh, walaupun kau di depanku, kau tak benar-benar di situ. Kau palingkan kepala, menghembus lagi, mengelak ia dari menyapa hidungku, dan kali ini rokok kedua. Seorang demi seorang pelanggan lalu di tepi kita, tak seorang kau endah, kau leka dengan mukabuku. Masa begitu lambat kurasa, tiada lagi teruja antara kita, tiada lagu latar dalam minda, hanya kau di depanku sebagai seorang pemuda, dan itu saja. Aku begitu mengagumimu, malah hingga sekarang, tapi entah di mana hilangnya engkau, bagai sehelai daun jatuh ke sungai, hanyut dibawa arus dan tak akan pulang. Tahukah kau wahai pemuda, engkau itu bagiku bagai laut, terlalu luas dan aku tak mampu terka apa di dalamnya. Cintamu surut dan pasang tiba-tiba. Kau selalu diam tapi adakala datang menggulung, aku tidak berdaya untuk tidak terkena serpihan ombakmu di kaki putih kecilku yang bersalut pasir. Ini sudah rokokmu yang keberapa? Aku masih dihadapanmu, menunggu kau angkat wajahmu dari buku, tanyalah khabarku, sebelum habis waktu kita bertemu.

Comments